Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg)
Frederick
Herzberg (1923-2000), adalah seorang ahli psikolog klinis dan dianggap sebagai
salah satu pemikir besar dalam bidang manajemen dan teori motivasi. Frederick I
Herzberg dilahirkan di Massachusetts pada 18 April 1923. Sejak sarjana telah
bekerja di City College of New York. Lalu tahun 1972, menjadi Profesor
Manajemen di Universitas Utah College of Business. Hezberg meninggal di Salt
Lake City, 18 Januari 2000.
Teori Dua Faktor Hezberg
Frederick
Herzberg (Hasibuan, 1990 : 177) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua
faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi
dua bagian yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan
kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan
bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu adalah dengan memenuhi kebutuhan
tingkat tingginya.
Menurut
Hezberg, faktor-faktor seperti kebijakan, administrasi perusahaan, dan gaji
yang memadai dalam suatu pekerjaan akan menentramkan karyawan. Bila faktor-faktor
ini tidak memadai maka orang-orang tidak akan terpuaskan (Robbins,2001:170).
Menurut hasil
penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam
memotivasi bawahan (Hasibuan, 1990 : 176) yaitu :
a.
Hal-hal yang
mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan
berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri
dan adanya pengakuan atas semua itu.
b.
Hal-hal yang
mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat embel-embel
saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain-lain
sejenisnya.
c.
Karyawan akan
kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada
lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang
dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan
kebutuhan, yaitu :
a.
Maintenance
Factors
Adalah faktor-faktor pemeliharaan
yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman
badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung
terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah
dipenuhi.
b.
Motivation
Factors
Adalah faktor motivator yang
menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan
pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi
yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.
Penerapan Teori Dua Faktor Herzberg Dalam Organisasi
Dalam kehidupan organisasi,
pemahaman terhadap motivasi bagi setiap pemimpin sangat penting artinya, namun
motivasi juga dirasakan sebagai sesuatu yang sulit. Hal ini dikemukakan oleh
Wahjosumidjo (1994 : 173) sebagai berikut :
a.
Motivasi sebagai suatu yang penting (important
subject) karena peran pemimpin itu sendiri kaitannya dengan bawahan. Setiap
pemimpin tidak boleh tidak harus bekerja bersama-sama dan melalui orang lain
atau bawahan, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada
bawahan.
b.
Motivasi sebagai suatu yang sulit (puzzling subject),
karena motivasi sendiri tidak bisa diamati dan diukur secara pasti. Dan untuk
mengamati dan mengukur motivasi berarti harus mengkaji lebih jauh perilaku
bawahan. Disamping itu juga disebabkan adanya teori motivasi yang berbeda satu
sama lain.
Untuk memahami motivasi karyawan digunakan teori
motivasi dua arah yang dikemukakan oleh Herzberg:
Pertama, teori yang
dikembangkan oleh Herzberg berlaku mikro yaitu untuk karyawan atau pegawai
pemerintahan di tempat ia bekerja saja. Sementara teori motivasi Maslow
misalnya berlaku makro yaitu untuk manusia pada umumnya.
Kedua, teori
Herzberg lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow, khususnya
mengenai hubungan antara kebutuhan dengan performa pekerjaan. Teori ini
dikemukakan oleh Frederick Herzberg tahun 1966 yang merupakan pengembangan dari
teori hirarki kebutuhan menurut Maslow.
Teori Herzberg memberikan dua
kontribusi penting bagi pimpinan organisasi dalam memotivasi karyawan. Pertama,
teori ini lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow, khususnya
mengenai hubungan antara kebutuhan dalam performa pekerjaan. Kedua,
kerangka ini membangkitkan model aplikasi, pemerkayaan pekerjaan (Leidecker and
Hall dalam Timpe, 1999 : 13).
Berdasarkan hasil penelitian
terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat dari berbagai Industri,
Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor (Cushway and Lodge, 1995 :
138). Menurut teori ini ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi pekerjaan
seseorang, yaitu faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga
dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor kesehatan (hygienes)
yang juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation.
Teori Herzberg ini melihat ada dua
faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik yaitu
daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor
ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama
dari organisasi tempatnya bekerja.
Jadi karyawan yang terdorong secara
intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang memungkinnya menggunakan kreaktivitas dan
inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi
dengan ketat. Kepuasan disini tidak terutama dikaitkan dengan perolehan hal-hal
yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang lebih terdorong oleh
faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang diberikan oleh
organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal yang
diinginkannya dari organisasi (dalam Sondang, 2002 : 107).
Adapun yang merupakan faktor
motivasi menurut Herzberg adalah: pekerjaan itu sendiri (the work it
self), prestasi yang diraih (achievement), peluang untuk maju (advancement),
pengakuan orang lain (ricognition), tanggung jawab (responsible).
Menurut Herzberg faktor
hygienis/extrinsic factor tidak akan mendorong minat para pegawai untuk
berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak dapat
memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak
menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial
(Cushway & Lodge, 1995 : 139).
Sedangkan faktor motivation/intrinsic
factor merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja yang
lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi (faktor motivasi)
lebih memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi daripada pemuasan kebutuhan
lebih rendah (hygienis) (Leidecker & Hall dalam Timpe, 1999 : 13).
Dari teori Herzberg tersebut,
uang/gaji tidak dimasukkan sebagai faktor motivasi dan ini mendapat kritikan
oleh para ahli. Pekerjaan kerah biru sering kali dilakukan oleh mereka bukan
karena faktor intrinsik yang mereka peroleh dari pekerjaan itu, tetapi kerena
pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka (Cushway & Lodge, 1995
: 139).
Contoh
penerapan teori Frederick Herzberg dalam kebidanan
Dalam teori menurut Frederick herzberg dapat mengambil kasus
dalam kebidanan yaitu:
Seorang ibu mengalami Baby Blues
pada saat masa nifas, ibu merasa cemas dan tertekan sehingga ibu merasa kurang
nyaman dan susah untuk beristirahat. Ibu juga mengeluh sering pusing kadang
juga ibu menangis tanpa sebab. Sehingga untuk kebutuhan nutrisi dan kebersihan
diri ibu tidak dapat berjalan dengan normal sehingga ibu merasa tidak nyaman
dengan keadaannya itu, ibu juga sering merasa kalut saat bayi tiba-tiba
menangis, ibu merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan kepada bayinya
tersebut. Dengan adanya pemantaun ibu nifas bidan dapat memberikan ketenangan
kepada ibu dengan menginformasikan bahwa menjaga hygiene dapat membantu ibu
agar ibu merasa nyaman ketika ibu menyusui atau menggendong bayinya dengan
mandi sebanyak 2 kali sehari, keramas 2 atau 3 kali perminggu dsb. Memberikan
informasi bagaimana ibu agar tetap tenang dan jangan mudah cemas saat bayi
menangis dengan cara merakukan senam nifas, meditasi saat bayi sedang tidur. Memberikan
motivasi kepada ibu bahwa menjadi ibu itu tidak sesulit yang dibayangkan
asalkan ibu menjalani peran sebagai ibu dengan iklasa dan tulus.